Sungai Tallo adalah sungai
yang membelah kota Makassar.
Sungai ini bermuara di 2 kabupaten/kota antara Kota
Makassar dan Kabupaten
Gowa,
dan bermuara di Selat Makassar.
Sungai ini memiliki panjang 10 km. Sungai Tallo di Kota Makassar merupakan sebuah sungai yang
daerah muaranya sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut dan pada
bagian dasar sungai tersebut letaknya lebih dalam dari pada muka laut sehingga
mengakibatkan air asin dapat dijumpai di sepanjang kurang lebih 10 km. Sungai
Tallo bisa ditelusuri dari hulu sampai kehilir maka akan terlihat aliran sungai
yang berkelok-kelok dimana pada sisi kanan dan kiri ditumbuhi pohon nipa.
Pulau
Lakkang secara administratif merupakan kawasan tersendiri, yaitu Kelurahan Lakkang, Kecamatan
Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Terletak di muara Sungai
Tallo di tengah Kota Makassar. Daratan Lakkang disebut pulau
karena diapit oleh Sungai Tallo dan Sungai Pampang. Terbentuk karena endapan
sedimen selama ratusan tahun. Daratan ini adalah delta Sungai Tallo. Desa
Lakkang ini memiliki luas 165 hektar dengan didominasi lahan tambahan seluas
122 hektare dipesisir sungai.
Delta
sungai atau Kuala adalah endapan
di muara sungai
yang terletak di lautan
terbuka, pantai,
atau danau,
sebagai akibat dari berkurangnya laju aliran air saat memasuki laut. Di delta
Sungai Tallo ini banyak ditumbuhi pohon nipah. Nipah (Nypa fruticans Wurmb) adalah sejenis palem (palma)
yang tumbuh di lingkungan hutan
bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Nipah
tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di dekat aliran sungai
yang memasok lumpur ke pesisir.
Palma ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih
terpengaruh pasang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung.
Di tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus
di belakang lapisan hutan bakau, kurang lebih sejajar dengan garis pantai.
Nipah mampu bertahan hidup di atas lahan yang agak kering atau yang kering
sementara air surut.
Dengan
banyaknya pohon nipah ini menandakan bahwa jenis tanah di daerah Delta Sungai
Tallo merupakan lumpur dengan sedikit pasir. Selain itu dengan adanya pohon
nipah ini menandakan bahwa jenis airnya agak tawar sehingga pengaruh air sungai
lebih besar daripada air lautnya. Sungai Tallo merupakan salah satu sungai
besar di Makassar yang memiliki arus yang cukup deras, tidak mengherankan lagi
apabila keadaan air di muara Sungi Tallo didominasi air tawar dibandingkan
dengan air laut. Arus yang deras inilah yang menyebabkan banyaknya material
yang terbawa ke muara Sungai Tallo dan mengendap menjadi delta Lakkang.
Sebaran
sedimentasi daerah Kota Makassar terbentuk di sekitar Sungai Tallo dan Sungai
Jeneberang, yangmembentuk endapan delta dan tersebar mengikut pesisir pantai
kota membentuk spit dan gundukan pulau. Proses sedimentasi ini menjadikan
penampang sungai menjadi sempit, sehingga
sangat mempengaruhi terjadinya limpasan
air pada saat musim hujan kearah samping kiri/kanan sungai.
Proses
sedimentasi sangat diperngaruhi oleh besarnya arus dan bentuk material sedimen
tersebut. Salah satu yang mmpengaruhi besarnya arus adalah curah hujan. Tiga
sungai besar di Makassar ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan khusunya
Sungai Tallo. Curah hujan mengakibatkan derasnya arus sungai sehingga material
sungai terbawa ke bagian muara dan terjadi sedimentasi, sedimentasi yang
terjadi muara akan semakin banyak sehingga mengakibatkan air sungai meluap dan
sering terjadi banjir.
Sungai
ini berasal
dari timur laut dari teluk
Makassar dan
sungai ini mengaliri gunung berhutan yang menggabungkan
dari aktivitas penduduk, pertanian dan industri.
Sungai Tallo mengalir
di provinsi Sulawesi Selatan dan mendukung
daerah tangkapan sekitar 27
km2. Sungai ini juga
dipengaruhi oleh Variasi dari iklim monsoon lokal.
Sungai Tallo menerima tingkat variabel
curah hujan, mana sekitar 75-1230 mm pada musim kering dan hujan, masing-masing. masyarakat
lokal menggunakan sungai untuk berbagai keperluan seperti air minum pasokan,
pertanian dan irigasi perkebunan, air kolam
pasokan,kebutuhan sehari-hari, nelayan dan industri.
Sebaran
sedimen yang lain datang dari sungai Tallo dengan debit alir 143,07
liter/detik. Kecepatan sedimentasisungai Tallo yang bermuara di pelabuhan
Paotere berkisar antara 29,6–76,1 cm dengan rata-rata kecepatansedimentasi
52,85 cm/tahun. Lambatnya kecepatan aliran sungai Tallo dengan laju sedimentasi
yang cukup tinggi,menimbulkan kecenderungan mengalami perubahan alur membentuk
meander. Ditambah dengan kondisikemiringan yang landai (1/10.000) dan pasang
surut air laut yang dapat menjalar hingga jarak 20 km, makakecepatan
sedimentasi seperti ini menjadi rawan bagi daerah pelabuhan Paotere, pemukiman
termasuk KawasanIndustri Makassar.
Secara
umum, nilai R2 pada kedua sub DAS sangat kecil yang berarti bahwa debit sungai
yang terjadi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lain selain curah hujan. R2
merupakan rata-rata curah hujn yang terjadi di suatu tempat. Curah hujan yang
masuk dalam sistem DAS mengalami proses hidrologi yang panjang baik faktor
vegetasi penutup lahan, topografi, dan jenis tanah untuk kemudian keluar dalam
bentuk debit sungai.Penutupan lahan yang didominasi oleh hutan akan
mengakibatkan air hujan yang jatuh di atasnya mengalami intersepsi, infiltrasi,
dan perkolasi yang besar sehingga debit tidak terlalu besar ketika hujan dan tetap
mengalir ketika tidak terjadi hujan. Sebagaimana dituliskan dalam Manan (1977)
bahwa tanah hutan menyimpan air tanah lebih banyak dan menyebabkan tingginya
infiltrasi kedalam tanah. Begitu pula dalam Soerjono (1978) bahwa pohon yang
beraneka ragam dalam hutan, ada yang bersifat menahan air, menguapkan air,
menahan aliran dan lain sebagainya.
Jenis
tanah dystropept juga mendukung peningkatan debit sungai yang kecil ketika terjadi
hujan. Jenis tanah ini merupakan tanah-tanah berkembang yang mempunyai
kapasitas infiltrasi yang tinggi. Jenis tanah dystropept dengan penutupan hutan
yang luas semakin menghambat aliran air untuk sampai ke sungai.
Selain Sungai Tallo, Pulau Lakkang ini merupakan hasil endapan dari Sungai Pampang yang juga merupakan salah satu sungai besar di Makassar. Layaknya sungai besar, Sungai Pampang ini memiliki arus yang besar sehingga membawa sedimen-sedimen yang ada di sungai ke muara sungai dan bertemu dengan Sungai Tallo dan mengendap menjadi delta Lakkang.
Makassar
baru-baru ini menjadi kota industri yang sedang berkembang sehingga banyak
sekali industry-industri yang berdiri di sekitar Sungai Tallo. Banyaknya
industri yang ada di kota ini menyebabkan limbah industry yang ada di sungai
pun meningkat. Kadar Pb, Cu, Cd, Cr dan Hg
semakin meningkat tidak diimbangi dengan penanganan limbah yang baik sehingga
logam berat yang ada di Sungai Tallo pun terbawa ke bagian delta sungai. Pencemaran
ini menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati, jugapeningkatan bioakumulasi
dari bahan beracun di jaring-jaring makanan.
Salah satu biota yang ada di daerah
delta Sungai Tallo adalah mikroalga. Korelasi kuat antara
spesies tertentu mikroalga menunjukkan bahwa beberapa mikroalga (misalnya Skeletonema costatum dan Nitzchia sp) memiliki kemampuan untuk mengikat dengan logam berat. Logam berat secara efektif mempercepat ion logam dalam air. Mereka juga menemukan bahwa ganggang hijau biru Spirulina sp merupakan mikroalga yang baik sebagai biosorben dari beberapa ion logam seperti Cr (III), Cd (II) yang Cu d (II) dari media solusi.
spesies tertentu mikroalga menunjukkan bahwa beberapa mikroalga (misalnya Skeletonema costatum dan Nitzchia sp) memiliki kemampuan untuk mengikat dengan logam berat. Logam berat secara efektif mempercepat ion logam dalam air. Mereka juga menemukan bahwa ganggang hijau biru Spirulina sp merupakan mikroalga yang baik sebagai biosorben dari beberapa ion logam seperti Cr (III), Cd (II) yang Cu d (II) dari media solusi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad. A.K., Mushrifah, I., and
Shuhaimi-Othman, M. 2009. Water quality and heavy metal concentrations in
sediment of Sungai Kelantan, Kelantan, Malaysia
Arunakumara, K.K.I.U and Xuecheng,
Z. 2008. Heavy metal bioaccumulation an toxicity with special
reference to microalgae. Journal
Ocean University China
Chojnacka Katarzyna. 2007. Bioaccumulation of
Cr(III) ions by blue green algae Spirulina sp. Part I. A
comparison with biosorption.
American Journal of Agricultural and Biological Science
No comments:
Post a Comment